
Shasha menarik napas panjang. Sebenarnya, ini adalah pilihan yang cukup berat baginya. Tapi, semakin lama Jaka menjadi semakin malas dan tidak menarik. Dia harus meninggalkan pemuda itu sebelum para Dewa di kahyangan memintanya bertanggung jawab.
"Maafkan aku, Ka. Tugasku ke dunia bukan untuk membuat pemuda-pemuda rajin dan tampan sepertimu menjadi om-om gendut yang kerjanya hanya tidur-tiduran, tapi berharap tetap kaya raya. Apa kamu sudah menimbang berat badanmu sekarang?" Shasha menatap tajam pemuda di hadapannya.
"Sha, mari kita #negosiasi dulu, pikirkan baik-baik sebelum kau menyesal pergi dari istana ini," rengek Jaka.
"Ini istanamu, Ka, bukan milikku. Aku harus kembali ke istanaku sendiri dan mengembalikan semua yang kupinjam dari para Dewa untuk membantumu." Shasha mencoba melepaskan genggaman tangan pria itu. Hatinya sedih, matanya memerah dan bibirnya bergetar. Bagaimanapun, Jaka adalah cinta pertamanya, pemuda pertama yang pernah mengintipnya mandi.
"Baiklah, Sha, aku mengerti." Jaka menarik napas panjang. Wajahnya yang sendu perlahan-lahan kembali tersenyum. "Komar pernah bercerita tentang saudara-saudaramu yang lain, Dewi dan Seruni. Tolong kenalkan saja aku pada mereka," pinta Jaka memelas.
Tanpa sepatah kata, Shasha naik ke angkasa meninggalkan pemuda itu, Jaka Tarub, cinta pertama yang sudah mematahkan hatinya.
No comments:
Post a Comment